Keberadaan Candi
Sojiwan di Dukuh Kalongan, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan Klaten
resmi dibuka sebagai tempat wisata oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Mari Elka Pangestu (16/12).
”Ada 3 bagian
penting dari proses pemugaran, pertama
adalah memelihara dan melindungi, kedua
adalah pengembangan dan pemanfaatan, ketiga
berkelanjutan” kata Mari Elka dalam sambutannya.
Sebelumnya, proses
pemugaran Candi Sojiwan sudah dimulai sebelum gempa bumi 2006 silam. Total dana yang dihabiskan
untuk pemugaran candi ini sekitar Rp 8,2 miliar yang berasal dari pemerintah
pusat. Kapokja Pemugaran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa
Tengah Sudarno mengatakan, proses pemugaran candi sempat terhambat ketika
terjadi gempa yang melanda Klaten-Yogyakarta pada 2006 lalu. Kala itu,
pemugaran telah mencapai bagian tubuh candi yang memiliki ketinggian 27,5 meter.
Total luas komplek Candi
Sojiwan mencapai 8.140 meter persegi,” kata Sudarno. Sementara, luas bangunan
utama 401,3 meter persegi yang berdiri diatas tanah kas desa yang kini dibeli
BP3. pihaknya meyakini masih terdapat situs yang terpendam di area Candi
Sojiwan. Sebab tim peneliti telah menemukan bangunan parit yang mengelilingi
bangunan utama candi. Berdasrkan buku Jawa kuno yang memuat informasi
keberadaan candi Sojiwan, disebutkan tak jauh dari lokasi terdapat bangunan
Candi Kalongan. Namun sejauh ini, tim BP3 belum menemukan bangunannya.
Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Aribowo dalam sambutannya mewakili
Gubernur Jawa Tengah mengatakan, keanekaragaman budaya yang ada di Jawa Tengah
menjadi modal karena punya potensi besar mensejahterakan masyarakat lewat
pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya.
Hadir dalam peresmian,
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti.
Wiendu mengatakan, Atraksi kesenian yang hadir di lokasi wisata seperti
tari-tarian dapat menambah daya tarik wisatawan. Adanya pamong
budaya diharapkan bisa menyatu dengan masyarakat sehingga bisa mendeteksi dan
melapor lebih dini seandainya ada penemuan BCB atau benda arkeolg lainnya”.
Di kesempatan
yang sama Menparekraf Mari Elka Pangestu juga meresmikan Perkiosan cinderamata
dan kuliner di komplek candi prambanan. Mari Elka menuturkan, pelaku ekonomi
kreatif seperti PKL harus mencintai destinasi wisata, tempat dimana mereka
menjajakan barang hasil kreatifitasnya. ”PKL bukan lagi Pedagang Kaki Lima,
tapi PKL adalah Pedagang Kreatif Lapangan” tutur Mari Elka. Bersama-sama
kita pelihara, kita jaga kebersihannya dan pertahankan sikap santun keramahan
yang menjadi budaya masyarakat kita” tandas Mari Elka.
Satu hal yang
dirasa penting adalah perlunya cerita atau deskripsi dari produk yang dijual.
Agar produk lebih menarik, perlu juga dipikirkan kemasan/ packagingnya” Mari
Elka menambahkan
Sehari
sebelumnya Mari Elka menyempatkan meninjau Candi Borobudur dan desa wisata sekitar
Borobudur seperti Desa Wisata Candirejo.
Menparekraf menyatakan kebanggaannya atas pengelolaan Desa Wisata dan
pelaku ekonomi kreatif/ UMKM. Di desa wisata tersebut, masyarakat khususnya
pelaku industri kreatif berhasil memanfaatkan barang bekas menjadi barang seni
benilai jual tinggi. Abu vulkanik borobudur pun bisa mereka sulap menjadi
miniatur borobudur, stupa, dan produk seni lainnya.